. Mar Inspiration: Puasa Ramadhan dan Malam Seribu Bulan

Sabtu, 07 Agustus 2010

Puasa Ramadhan dan Malam Seribu Bulan



SESUAI firman Allah SWT di dalam Al-Quran yang berbunyi:  “Hai orang orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan  atas orang-orang sebelum  kamu agar kamu menjadi orang-orang  bertaqwa.” (Surat Al-Baqarah: 183). Menyitir dari ayat tersebut maka jelaslah Allah SWT hanya menyeru kepada orang yang beriman, dalam artian bagi mereka yang mengerti akan makna puasa Ramadhan dan hikmah di baliknya. Wajar bila ibadah puasa dikatakan bukanlah ibadah yang ringan. Pasalnya, dalam puasa kita dituntut dua aspek, yakni aspek fisik dan psikis. Secara fisik kita dituntut menahan rasa haus dahaga dan lapar, dan secara psikis puasa melatih kita untuk berupaya menahan emosi, selalu berbuat dan berkata jujur, berperilaku sopan dan santun, menjauhi yang dilarang Allah seperti tidak mencuri, berbohong, apalagi berbuat korupsi!


Pengertian puasa


Dalam bahasa Arab, puasa disebut saumun atau siyamun artinya “menahan”. Sementara itu menurut ajaran agam Islam, puasa adalah menahan diri dari makan, minum, dan segala hal yang membatalkanya serta mengendalikan diri dari hawa nafsu sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Puasa Ramadhan hukumnya wajib bagi setiap muslim yang telah baligh, berakal sehat, baik laki-laki maupun perempuan. Ada beberapa syarat wajib puasa antara lain:


pertama baligh atau cukup umur, artinya telah dewasa. Maka, anak-anak yang belum baligh boleh mengerjakan puasa sebagai latihan.


Kedua, berakal sehat. Bagi orang yang berubah akalnya atau orang gila tidak wajib puasa.


Ketiga, bagi kaum wanita tentunya tidak dalam keadaan haid atau nifas. Dan


keempat, orang tersebut mampu atau kuat melaksanakan puasa, artinya orang yang sakit atau sudah tua renta boleh tidak berpuasa. Orang yang sakit bila sudah sembuh, maka harus menggantinya atau meng-qada pada bulan yang lain sebanyak hari yang ditinggalkannya, sedangkan orang sudah tua renta  dapat diganti dengan membayar fidyah. Syarat sahnya puasa antara lain beragama Islam. Orang yang tidak memeluk agama Islam puasanya tidak sah. Juga Mumayyiz, yaitu orang yang dapat membedakan yang benar dan yangsalah. Suci dari haid (darah kotor) dan nifas (orang yang keluar darah setelah melahirkan). Kemudian pada waktu yang diperbolehkan berpuasa, misalnya puasa hanya boleh dilaksanakan pada siang hari.


Rukun puasa yang harus dipenuhi oleh seseorang yang akan melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan, pertama niat dengan menyengaja mengerjakan puasa Ramadhan. Dan kedua,


Puasa Ramadhan dan Malam Seribu Bulan Ramadhan kembali tiba. Bulan yang penuh berkah, rahmat dan maghfiroh (ampunan) ini kembali menyapa orang-orang yang salih, beriman dan bertaqwa. Artinya, tidak semua umat mampu menjalankan ritual ini kecuali muslim yang selalu taqarub, mendekatkan diri pada Sang Khaliq. Mengapa demikian? Untuk meraih malam Lailatulkadar kali ini, mari kita tetap semangat beribadah, bekerja, dan membangun kehidupan rahmatan lil-alamin sekaligus menyambut Idul Fitri dengan sukacita. menahan diri dari segala perbuatan yang dapat membatalkan puasa sejak terbit fajar (subuh) hingga terbenam matahari (maghrib). Untuk niat berpuasa di bulan Ramadhan cukup di dalam hati. Akan tetapi, ada juga yang biasa mengucapkannya. Niat puasa Ramadhan sebaiknya dilakukan pada malam hari, karena jika di siang hari maka puasanya tidak sah. Sebagaimana dijelaskan dalam hadist Nabi Muhammad  SAW: “Dari Hafsah Ummul Mu’minin RA bahwasanya Nabi SAW bersabda: Barang siapa yang tidak menetapkan puasa sebelum fajar, maka tidak sah puasanya.” (HR Lima Perawi Hadist).


Hikmah puasa


Mengapa Allah SWT mewajibkan orang beriman untuk berpuasa? Tujuan utama dari puasa adalah untuk membentuk manusia yang bertaqwa. Selain itu, puasa juga memiliki beberapa hikmah yang sangat mendalam. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah SWT, baik dalam Al-Qur ’an maupun Hadist Rasulullah SAW bahwa hikmah-hikmah puasa tersebut adalah:


1. Meningkatkan derajat orang mukmin menjadi orang yang bertaqwa. Sebab orang yang bertaqwa itu adalah orang yang paling mulia di sisi Allah SWT, sesuai firman Allah SWT (QS Al-Hujurat: 13): “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah SWT adalah yang paling taqwa di antara kamu.”


2. Menyehatkan badan. Sabda Nabi Muhammad SAW:  “Berpuasalah agar kamu sehat.”Maka, hikmah yang terkandung dalam puasa, bukan hanya berguna untuk menyehatkan jiwa belaka, melainkan juga dapat menyehat kan badan. Ini sebagaimana disabdakan nabi dalam hadist di atas.


3. Mendidik orang untuk memiliki sifat sabar. Jika puasa tersebut dilakukan dengan sebaik baiknya maka akan timbul dalam diri seseorang sifat sabar, karena dalam berpuasa seseorang akan dilatih untuk bisa menahan diri dari perbuatan-perbuatan yang dapat membatalkan puasa, misalnya makan dan minum. Walaupun makanan dan minuman yang dimiliki halal, namun ia tidak mau memakan dan meminumnya karena belum waktunya untuk makan dan minum sampai waktu maghrib.


4. Puasa merupakan pelindung diri dari perbuatan keji dan munkar atau tidak senonoh. Sebagaimana sabda Nabi SAW:  “Puasa itu perisai (pelindung diri) yang membentengi dari sentuhan api neraka.” (HR Ahmad, Muslim dan Al-Baihaqi).


5. Menanamkan rasa cinta kasih kepada orang fakir dan miskin karena dapat merasakan penderitaan orang-orang yang kekurangan makanan. Setelah kita seharian merasakan menahan rasa lapar tentunya akan menumbuhkan rasa kasih dan sayang kepada orang-orang fakir dan miskin.


Malam Seribu Bulan


Salah satu kemuliaan dan keistimewaan yang terkandung di dalam bulan suci Ramadhan adalah adanya satu malam yang disebut Lailatulqadar. Malam Lailatulqadar selalu menjadi malam yang ditunggu-tunggu, dirindukan dan teramat dinantikan. Pasalnya, malam Lailatulqadar adalah malam yang penuh berkah, dan lebih baik dari seribu bulan. Mengapa? Karena, pertama, pada malam tersebut  para malaikat turun ke bumi  untuk memberi salam – kesejahteraan, kebahagiaan dan keselamatan – kepada umat Nabi Muhammad SAW  hingga terbit fajar.


Kedua, Allah SWT mengevaluasi ketetapanNya terhadap manusia. Paling tidak, untuk setahun ke depan Allah akan mengoreksi ketetapanNya untuk menjadi lebih baik atau buruk, tergantung bagaimana umat Islam yang beriman itu  memanfaatkan malam-malam turunnya Lailatulqadar  secara optimal dan bermakna.


Ketiga, diturunkannya Al-Quran  menjadi pedoman hidup  bagi manusia. Dan keempat, sebagai kado istimewa dari Tuhan Yang Maha Kuasa kepada khusus umat Nabi Muhammad SAW, sebagaimana sabdanya:  “Sesungguhnya Allah telah memberikan kepada  umatku malam Al-Qadr dan itu tidak diberikan  kepada umat sebelumnya.” (HR Addailamy)


Maka, malam Lailatulqadar selalu menjadi malam yang ditunggu-tunggu, dirindukan dan teramat dinantikan. Sebab, malam Lailatulqadar adalah malam yang penuh berkah, dan lebih baik dari seribu bulan. Meskipun sesungguhnya malam yang istimewa itu  dirahasiakan Allah,


dan selalu menjadi misteri kapan persisnya ia turun, namun sebagai umat Islam kita patut bersyukur. Setidaknya, selama menjalankan ibadah puasa Ramadhan, ada satu malam yang menjanjikan keselamatan bagi orang-orang yang beriman untuk mendapatkan keselamatan di dunia dan di akhirat kelak. Dan untuk meraih malam Lailatulqadar kali ini, mari kita tetap semangat beribadah, bekerja, dan membangun kehidupan rahmatan lil-alamin sekaligus menyambut Idul Fitri dengan sukacita. Insya Allah pada paruh kedua Ramadhan tahun ini, tepatnya sepuluh hari terakhir melaksanakan ibadah puasa, kita mendapatkan malam Lailatul qadar, yaitu satu malam lebih baik dari seribu bulan. Amin.


Oleh: Nova Ningtyas D

Penulis adalah Mahasiswi Universitas


Muhammadiyah Jakarta (UMJ)/H Nur untuk meraih malam Lailatulqadar kali ini, mari kita tetap semangat beribadah, bekerja, dan membangun kehidupan rahmatan lil-alamin sekaligus menyambut Idul Fitri dengan sukacita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar